MEDIA MATA BIND SUMENEP, - Demo aksi jilid III menolak survei seismik dan rencana eksploitasi Migas di blok kangean barat (kangean west area), dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Kangean dengan mengerahkan ratusan perahu nelayan dan massa aksi, baik yang turun di laut dan yang standby di darat, guna mengepung dan memukul mundur Kapal Besar, Tugboat dan Sekoci pengamanan yang merupakan 'Antek' PT. Kangean Energy Indonesia Ltd (KEI), diduga sedang melakukan kegiatan survei seismik di perairan laut pulau kangean.
Aksi heroik kejar-kejaran antara perahu massa aksi dengan Kapal-Kapal dan antek PT. KEI tidak dapat dihindari, yang mana perahu massa aksi dari komando wilayah utara dan selatan berhasil mengepung dan mengusir mereka (Kapal Besar dan Tugboat) sampai ke tengah laut, sehingga perahu massa aksi tidak memungkinkan menembus besarnya gelombang lautan. Selasa (16/9/2025).
Korlap demon aksi di laut, masyarakat dan nelayan kangean, Miftahul Anam menuturkan, demo aksi jilid tiga (III) memerlukan pengaturan strategi sangat panjang, dimana aktifitas kapal-kapal antek PT. KEI ini dipelajari setiap hari sejak mereka berada di perairan laut pulau kangean.
"Tentu sebelum kita datang aksi ke laut, kita pelajari dan kita telusuri kapal antek PT. KEI ini. Kebiasaan gerak di laut, posisinya dimana, yang dikerjakan apa, itu tiap hari kita pelajari," tukas Miftah panggilan Korlap Aksi Tolak Migas Jilid III.
Lanjut Miftah menuturkan, kita membagi titik komando dan koordinator untuk mengorganisir kawan-kawan. Seperti di pesisir Kangayan, Daandung, Nyamplongondung, Rabhe, dan wilayah selatan dikomando saya sendiri.
"Itu strategi kita untuk mengepung kapal-kapal antek PT. KEI, sehingga mereka tidak bisa lari. Kita mau menjebak mereka agar tidak bergerak," ungkapnya.
Menurut Miftah, target demo aksi ke laut itu untuk naik ke Kapal. Kita akan mempertanyakan memastikan dokumen izin yang digunakan, apakah mereka legal atau Ilegal. Kita ingin mempertanyakan apakah mereka itu hadir di perairan laut kita (kangean), berhari-hari disitu, apakah melakukan aktifitas survei seismik atau hanya sekedar menghindar dari angin atau ombak yang besar.
"Nah, dengan strategi begitu, maka kemudian kita saling koordinasi, sehingga mereka juga tidak bisa mengelak saat kita datang ke laut itu. Pergerakan mulai dari komando wilayah utara, sehingga mereka kabur ke wilayah selatan. Saat kapal mereka sampai wilayah selatan, mereka sudah dihadang oleh kelompok perahu yang dikomando saya," jelasnya.
Akhirnya tutur Miftah, kapal mereka balik arah dan terus melaju ke tengah laut lepas arah selatan. Disitu terus dilakukan pengejaran sekalipun laju gerak perahu kita diganggu oleh kapal-kapal Tugboat dan Sekoci pihak pengamanan (diduga Marinir/TNI AL) agar supaya kita tidak berhasil naik ke kapal besar itu.
Atas dasar situasi itulah kata Miftah, kita merumuskan agar bagaimana kita bisa naik ke kapal di tengah laut itu. Strategi kita mau mengepung dari depan kanan dan kiri, tetapi mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi, mesin mereka makin dipanaskan.
"Akhirnya, karena kapal mereka berkecepatan tinggi, ombak semakin tambah besar karena sudah masuk ke tengah, sedangkan kita hanya perahu nelayan. Akhirnya pengejaran dihentikan, kemudian kita kembali ke titik kumpul, yakni di sebelah utara pulau Mamburit," tegasnya.
Informasi yang dihimpun media ini, bahwa perahu nelayan yang melakukan aksi turun ke laut berjumlah 58 unit dengan massa aksi masing 5 sampai 10 orang, dan 53 perahu nelayan yang standby di pinggir pantai sebagai lapisan atau cadangan. Sehingga semuanya berjumlah 108 perahu nelayan.
"Di catatan kita, jumlahnya itu 112 perahu, dari jumlah awal yang kita targetkan 130," pungkasnya.
Sementara itu, karena keterbatasan akses, pihak PT. KEI belum dapat dikonfirmasi untuk dimintai tanggapan dan keterangan atas peristiwa tersebut.
(Ong)
Posting Komentar
MEDIA MATA BIND