Serukan Polisi Humanis dan Wakil Rakyat Sederhana, Masyuni Ramadhan : Suara Rakyat Jangan Dibalas Kekerasan


MEDIA MATA BIND SUMENEP - Insiden wafatnya Affan Kurniawan menorehkan kesan duka mendalam bagi rakyat Indonesia, sekaligus kekecewaan terhadap institusi kepolisian. Oleh karenanya, manager Keraton Langit Sumenep Masyuni Ramadhan, S.M, tampil ke publik menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Affan Kurniawan, sekaligus desakan moral ke para pemangku di Sumenep, diantaranya DPRD, Polres, dan Pemkab Sumenep.

Menurut Ramdhan, suara rakyat jangan sampai dibalas dengan kekerasan, tetapi harus ditampung dengan kasih sayang dan kebijakan yang adil. Senin (1/9/2025)

Lanjut Ramadhan menegaskan, DPRD Sumenep punya peluang tampil berbeda dari citra parlemen yang bising, lebih dekat dengan rakyat, tampil sederhana, dan bebas dari kesan kemewahan.

Ramadhan mendorong DPRD melakukan Rembug Sumenep, yang menghadirkan ulama, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan buruh, agar wakil rakyat duduk sejajar dengan rakyatnya, serta menjadikan kearifan bhuppa’ bhabbu’, ghuru, rato sebagai kompas etika.

"Kepada kepolisian, Polisi itu pelayan rakyat, bukan tangan besi negara," tukas Ramdhan dengan nada hangat namun menggigit. 

Ramdhan meminta Polres Sumenep menampilkan wajah yang ramah, sabar, dan bijaksana, menahan tindakan berlebihan di lapangan, menegakkan akuntabilitas ke luar dan ke dalam, serta memperkuat dialog kultural berbasis falsafah Madura agar Polisi hadir sebagai perisai, bukan ancaman. 

"Jangan sampai perintah untuk menjaga ketertiban berubah menjadi luka sosial," tegasnya.

Sementara itu, untuk Pemkab Sumenep, Ramadhan mendesak hadir di lapangan, bukan hanya dari balik meja. 

"Bupati dan jajaran agar membuka dialog terbuka lintas elemen, menyalurkan aspirasi Sumenep ke pusat, mengutamakan pendekatan persuasif dalam pengamanan, serta memberi teladan kesederhanaan dan transparansi anggaran. Juga jangan sampai Sumenep tercatat abai terhadap jeritan rakyatnya," tuturnya.

Seruan Manager Keraton Langit juga ditujukan ke publik luas. Ia mengajak suara yang kuat tanpa api dan batu. Aksi damai, doa bersama, mimbar bebas, forum diskusi, seraya menjaga fasilitas publik sebagai milik bersama. Gedung, jalan, dan fasilitas umum yang kita hancurkan sejatinya adalah milik kita bersama. Jika kita merusaknya, kitalah yang paling dulu menanggung akibatnya.

"Sumenep sebagai pelita di tengah gelapnya suasana bangsa, dengan keberanian mendengar, keteguhan pada keadilan, dan kebijaksanaan merangkul semua golongan," pungkasnya.

(Ong)

Post a Comment

MEDIA MATA BIND

أحدث أقدم