West Kangean Target Ladang Usaha Migas Setelah Blok Pagerungan Besar Alami Fase Decline


MEDIA MATA BIND SUMENEP, - Sehubungan dengan kondisi kandungan blok Migas Pagerungan Besar mengalami 'Fase Decline' atau tahap produk mulai menurun secara signifikan.

Kini!, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serta PT. Kangean Energy Indonesia (KEI) Ltd, sedang mempersiapkan untuk menyasar Pulau Kangean (West Kangean) untuk dijadikan ladang usaha hulu minyak dan gas bumi (Migas).

Persiapan usaha hulu Migas West Kangean tersebut, ditandai dengan gelar sosialisasi dan koordinasi survei seismik tiga dimensi (3D) di wilayah perairan dangkal West Kangean, pada Rabu, 4 Juni 2025 lalu, di aula kantor Pemkab Sumenep, kemudian dilanjutkan menggelar sosialisasi di pendopo kecamatan Arjasa, serta beberapa desa yang akan menjadi titik lokasi dilakukan survei seismik Migas, diantaranya Desa Bilis-bilis, Kalisangka, Buddi, dan beberapa desa lainnya. Minggu (15/6/2025)

Eksploitasi Migas Blok Wst Kangean Kehendak Siapa?

Melalui forum sosialisasi survei seismik West Kangean 3D zona perairan dangkal, Pemerintah Kabupaten melalui Wakil Bupati Sumenep KH. Imam Hasyim (4/6/2025) lalu.

Bahwa, kegiatan sosialisasi survei seismik bertujuan mempercepat proses eksplorasi dan penemuan cadangan migas baru di kawasan wilayah Kangean Barat (Kecamatan Arjasa). Pemerintah daerah menilai, keberadaan kegiatan tersebut krusial sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional.

"Dari sini penulis dapat menilai, bahwa Pemkab Sumenep hanya menjadi fasilitator dari kehendak nasional atau pemerintah pusat, dan bahkan kehendak SKK Migas, serta PT. KIE Ltd karena Blok Migas Pagerungan Besar telah mengalami Fase Decline."
Lanjut dalam forum tersebut, KH. Imam Hasyim menekankan pentingnya keterbukaan informasi dalam setiap tahap pelaksanaan survei, agar masyarakat lebih memahami prosedur dan kewajiban selama proses eksplorasi berlangsung.


‎Pemerintah daerah juga mengingatkan pentingnya memperhatikan aspek keberlanjutan dalam proses eksplorasi, agar setiap tahapan kegiatan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, sosial budaya, serta perekonomian masyarakat lokal.
‎"Survei seismik ini hendaknya tetap menjaga keseimbangan ekologi dan memperhatikan keberlangsungan kehidupan masyarakat. Diharapkan pelaksanaan survei seismik 3D di kawasan West Kangean dapat berjalan lancar, aman, serta memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi DAERAH dan NASIONAL," pungkas Imam Hasyim.

Penulis ingin mengulas lebih jauh survei seismik menuju eksploitasi Migas West Kangean.

Pulau Kangean dinilai memiliki potensi kekayaan alam melimpah salah satunya  kandungan minyak dan gas bumi (Migas), sehingga menjadi sasaran pemerintah untuk dilakukan eksploitasi Migas pada waktunya nanti.

"Eksploitasi atau pengeboran sumur Migas dapat dilakukan, setelah tahap survei seismik terlaksana dengan lancar dan kondusif, kemudian dilanjutkan dengan proses eksplorasi lainnya, dan akhirnya eksploitasi dan pengeboran dilakukan."

PT. Kangean Energy Indonesia (KEI) Ltd, adalah perusahaan yang beroperasi di wilayah kepulauan Kangean, sebelumnya telah sukses mengeruk kekayaan alam di blok Migas Pagerungan Besar kecamatan Sapeken dalam kurun waktu 30 tahun lebih sejak tahun 1993 lalu.

Kini!, PT. KEI Ltd bersama SKK Migas Jabanusa, melalui pemerintah kabupaten Sumenep mencoba menerobos masuk ke pulau Kangean, dengan titik sasaran yang disebut Blok Kangean Barat (West Kangean).

Berdasarkan data informasi yang dihimpun penulis, saat sekarang, blok Migas Pagerungan Besar yang dikelola PT. KEI Ltd, sedang mengalami penurunan produk yang signifikan (Fase Decline).

Berdasarkan rilis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, bahwa pada tahun 2020, rata-rata produksi minyak blok Pagerungan Besar tinggal 68 Barrel Oil Per Day (BOPD). Kemudian, pada tahun 2021 turun menjadi 64 BOPD. Kemudian, pada tahun 2022 semakin menurun menjadi 55 BOPD. 

Penurunan juga terjadi pada produksi gas. Pada tahun 2020, rata-rata produksi 183.90 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Pada tahun 2021 semakin turun menjadi 161.21 MMSCFD dan pada tahun 2022 penurunannya semakin drastis di angka 124.16 MMSCFD. 

Dikutip dari laman klik madura (7/2024), Kepala SKK Migas Jabanusa (Jawa, Bali Nusa Tenggara), Nurwahidi membenarkan produksi migas blok Migas Pagerungan Besar mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan, saat sekarang sudah memasuki fase decline. 

"Produksi di Pagerungan Besar memang sudah memasuki fase decline setelah mulai berproduksi sejak akhir tahun 1993,” katanya (7/2024).

Oleh sebab itu, seiring dengan semakin menipisnya kandungan minyak di blok Pagerungan Besar, serta blok-blok Migas lainnya di Indonesia, maka SKK Migas tengah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ENI Indonesia untuk menggarap survei seismik 3D.

"Kegiatan survei itu menggunakan sumber anggaran dari pengalihan sisa nilai komitmen pasti Wilayah Kerja (WK) Arguni I dan WK West Timor ke wilayah terbuka. Tak tanggung-tanggung, biaya survei seismik 3D itu mencapai US$70 juta atau setara Rp1,1 triliun (kurs Rp15.800/US$," tulis Yoseph Krishna di laman validnews.id

Gelombang Penolakan Survei Seismik 3D West Kangean?!

West Kangean (Blok Kangean Barat), tepatnya wilayah kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep sedang berlangsung sosialisasi survei seismik, setelah sebelumnya SKK Migas Jabanusa dan PT. KEI menggelar sosialisasi dan koordinasi survei seismik tiga dimensi (3D) di aula Pemkab Sumenep.

Namun, kegiatan sosialisasi yang masih berlangsung menyasar beberapa desa itu mendapat penolakan keras dari masyarakat melalui bingkai komunitas dan organisasi masyarakat, sehingga ramai diberitakan penolakan masyarakat di berbagai laman media mainstream.

Bahkan, gelombang demo aksi telah dipersiapkan, yang inti tujuannya adalah 'Menolak segala bentuk pertambangan yang berdampak merusak alam di Kepulauan Kangean, khususnya kegiatan eksploitasi Migas Blok Kangean Barat'.

Mat Saleh, S.Kel.,M.Biotek., CEO di Polo Great Tour & Travel yang berdiaspora di kota Surabaya memberikan catatan; Pagerungan besar dari saya mahasiswa, di acara-acara seminar dengan bangganya penghasil migas terbesar di Jawa Timur.

Tapi apa dampaknya terhadap fasilitas dan infrastruktur pulau itu sendiri?, berikut catatannya.

1. Pagerungan besar sampai sekarang listriknya tidak stabil 24 jam.
2. ⁠Tidak memiliki Pelabuhan untuk kapal kapal besar sandar.
3. ⁠Tidak memiliki ambulan laut yang harusnya diberikan oleh perusahaan sebagai CSR'nya.
4. ⁠Baru 1 tahunan ini bandaranya dibuka akses untuk pesawat komirsial setelah cadangan Migas menipis.
5. ⁠Masyarakat lokal dilarang mendekati kegiatan pengeboran sampai dijaga satuan Brimob segala seolah-olah masyarakat adalah musuh.
6. ⁠Kerusakan lingkungan sudah pasti, yang awalnya banyak kelapa tumbuh di pagerungan sekarang tinggal kenangan.
7. ⁠kerusakan ekosistem laut terumbu karang, Ikan-ikan yang dulunya mancing dekat pantai sekarang harus ratusan Mil untuk sekedar buat makan sehari-hari.
8. ⁠Dampak Kesejahteraan dan Beasiswa ke masyarakat Pagerungan besar sampai saat ini tidak berdampak sama sekali.
9. ⁠Kesenjangan sosial semakin tinggi dan keterlibatan perusahaan migas untuk meningkatkan skill masyarakat sekitar tidak pernah dilakukan

HARUSKAH KANGEAN BERNASIB SEPERTI PAGERUNGAN BESAR??

Penulis: Fathorrafik

Post a Comment

MEDIA MATA BIND

أحدث أقدم